Friday, October 29, 2010
Trip Pulau Lombok 21 - 27 Oktober 2010
Jalan-jalan mengelilingi pulau Lombok bersama Laskar Karimun minus Ari yang sedang hamil dan dapet ganti Dian dari Banjarmasin. Berikut cerita dari hari ke hari.
21 Oktober 2010 : keberangkatan
Dari Surabaya pulang kantor nebeng temen mpe bandara juanda (nebeng ato minta dianter sih? ), harusnya udah take off pukul 19.25WIB delay dan baru berangkat 21.20WIB. sampai di Selaparang ketemu 5 makhluk ganteng yang kelaparan. Naek taxi ke homestay Sonya di Senggigi,2 orang makhluk cantik bergabung dan dinner tengah malam (00.00 WITA) di sambelan dekat penginapan. Kopdar dengan teman forum,beliau dari Sumbawa menuju Jakarta dibela2in mampir demi ketemu saya. *blushing* ngobrol dari pukul 02.30 WITA mpe 06.00 WITA di senggigi beach,sambil menikmati fullmoon. It’s so romantic pemirsa. :’)
Kesan : homestay sonya, murah meriah dengan cuman Rp. 80.000 dapat kamar,fan, kamar mandi dalam dengan pintu tirai,dan sarapan pancake paling enak
22 Oktober 2010 : Gili Matra
Perjalanan ke bangsal untuk menyeberang ke trio gili : trawangan-meno-air. Sejam didalam angkot menembus hutan Pusuk,melihat dari balik jendela si monyet yang mangkal di pinggir jalan. 30 menit naek public boat menuju trawangan. Menginap di Permata Bungalow, foto2 dan snorkeling di tiga gili. Sayang selama kami snorkeling,gerimis datang. Tapi ikan2 nya tetap cantik dan beruntungnya kami, ketemu dengan penyu guedhe.
Kesan : permata bungalow, cukup dengan Rp.150.000 perkamar,fan,kamar mandi dalam tanpa atap jadi agak waswas kalo ada yang ngintip dan air asin untuk mandi jadi agak lengket2 gitu walau sudah mandi. Pulau tanpa ada kendaraan bermotor (kecuali kapal dengan motornya tentu), café di sepanjang jalan dan bule2 telanjang. Bagi yang tidak bisa menahan pandangan disarankan tidak usah datang :P. pantainya jernih, birunya keren, namun kurang bisa menikmati karena terlalu ramai.
23 Oktober 2010 : nggowes keliling gili trawangan dan menuju air terjun sendang gila dan tiu kelep
Pagi hari nyewa 8 sepeda pancal untuk nggowes keliling gili. Kloter pertama ada 4 peserta, 3 orang sampai di finish sedangkan yang 1 balik karena jalannya berpasir dan jauh. Kloter kedua saya dan kakak kelas saya, sampai di tengah jalan kami mencari jalan lain dan akhirnya sampai di tempat awal walau tidak benar2 memutari pulau. Kloter ketiga ada 2 orang dan yang lolos Cuma 1.
Pukul 10.30 menyeberang ke Lombok, ditunggu oleh mobil sewaan untuk lanjut ke sendang gile dan tiu kelep. Perjalanan memakan waktu 1 jam, mampir di rumah makan di depan pintu masuk air terjun untuk makan dan sholat. Sayang sekali waktu kami turun ke air terjun, hujan tiba. Air terjun pertama ‘Cuma’ kayak gitu doing, tidak begitu besar dan jalannya kurang eksotis karena sudah ada anak tangga dari beton. Perjalanan dari pintu masuk ke air terjun pertama skitar 15 menit, sedangkan dari air terjun pertama ke yang kedua kira2 25an menit. Menuju ke air terjun kedua, jalanan lebih cantik karena melewati jembatan diatas jurang, jalan setapak dan menyusuri sungai. Menurut mitos, mandi/cuci muka di air terjun ini membuat kita setahun keliatan lebih muda. *langsung ngaca*
Habis dari air terjun kami menuju senggigi lagi, menginap di hotel Ray,dan dinner mahal di yessy café menikmati ayam bakar taliwang.
Kesan : di sendang gile dan tiu kelep, pertama datang ‘digiring’ untuk memakai jasa guide yang muahal (untuk rombongan 8 orang dipatok tarif Rp. 72.000 per orang). Akhirnya kami ‘cukup’ memberi Rp.100.000 untuk tiket masuk tanpa diberi fisik tiketnya.
24 Oktober 2010 : gili nanggu, gili Sudak, gili kedis
Hari keempat kami menuju gilis yang lain. Lebih sepi dan menurut saya lebih eksotis. Alhamdulillah matahari bersinar cerah jadi tidak perlu snorkeling sambil ujan2an. Namun untuk ikannya tidak begitu banyak kalo di banding di gili air. Untuk gili kedis yang imut, dengan batuan yang keren dan katanya banyak bintang laut bertaburan disana. Untuk makan siang kami mampir di warung jawa di pantai yang sambalnya maknyuss banget. Sepulang dari sana kami meluncur ke kute dan menginap di ketapang homestay selama 2 malam.
25 Oktober 2010 : pantai mawun, mawi, pantai seger, tanjung aan
Pagi sekitar pukul 8.00 WITA kami menyewa 4 sepeda motor untuk 8 orang Rp.50.000 per motor. Melewati bukit2 hijau cantik, perjalanan menuju pantai mawun sekitar 3 km, dan yang kami datangi adalah pantai mawun yang sepi (bukan yang satunya yang lebih rame) namun pantai ini adalah salah satu pantai terkeren yang pernah saya lihat. Pantai biru pasir putih lembut dan dibelakangnya adalah perbukitan. Indah sekali. Sarapan ‘nasi lombok’ aka mie instan dibawah gubug dengan aroma daun tembakau yang sedang dijemur dan penduduk lokal yang sangat sederhana.
Pantai kedua adalah pantai mawi. Sebenarnya yang kami tuju adalah pantai mawun yang satunya, tapi karena salah belok dan akhirnya menemukan pantai super keren : Mawi. Perjalanan jauh, pantat pegal terbayarkan sudah dengan menemukan pantai ini. Banyak bule surfing dan pantai disebelahnya banyak orang lokal yang mancing ikan disana. Indah sekali
Agak sore kami mengejar sunset dii tanjung aan. Namun kami mampir sebentar di pantai seger,poto2 di jembatan dan di bukit dulu :D. tanjung aan, lebih ramai dengan penjual souvenir dan kelapa muda. Beruntungnya kami mendapatkan sunset indah di tanjung aan ini. Tapi sayang, belum juga matahari menghilang,kami sudah ‘diusir’ sama penjaga karena ketika gelap datang biasanya ada orang mabuk2an di sekitar lokasi.
Untuk makan siang dan makan malam kami nangkring di warung jawa yang menyediakan sambelan, soto ayam, bakso dan gorengan. Enak dan murah loh.
Kesan : pantai mawi dan pantai mawun adalah pantai terkeren yang pernah saya datangi. Namun karena matahari bersinar sangat terik sehingga beberapa teman2 saya menolak untuk eksplore di pantai mawi.
26 Oktober 2010 : Kampung adat Sade, Sukarare, Mataram Mall, malimbu
Kampung adat sade, dihuni 150 KK dengan sekitar 400 warga yang semuanya masih ada hubungan darah. Rumah adat suku sasak ini sangat sederhana namun tetap cantik, dengan atap daun alang-alang yang bertahan hingga 7-8 tahun dan dinding bambu. Untuk lantainya diolesi kotoran kerbau tiap satu bulan dua kali. Menurut keterangan bapak guide, wanita disini yang belum bisa menenun belum boleh menikah. Waw… mandiri juga ya…
Sukarare, melihat dari dekat proses pembuatan kain tenun, yang katanya untuk motif sederhana saja butuh satu bulan sedang untuk yang lebih rumit bisa jadi sampai satu setengah bulan. Benangnya dari kapas, pewarnaan alami dari kulit kayu dan khas motifnya pakai warna emas. Ada motif khas yaitu gambar tokek yang menurut mereka itu adalah lambang kesejahteraan.
Mall mataram. The only mall in this island. Mampir untuk beli oleh2 disamping mall, kami mendapatkan dodol dan manisan rumput laut, dan beberapa souvenir dari mutiara air tawar (ga kuat beli yang air laut :P )
Sore hari dalam perjalanan menuju senggigi lagi, kami mampir di malimbu. Pemandangan dari point view untuk melihat pantai senggigi dari atas. Seandainya saja matahari tidak tertutup awan, pasti kami mendapat sunset yang indah.
27 Oktober 2010 : jagung bakar di watu bolong, dan saatnya pulang
pagi hari kami menyempatkan ke pura batu bolong (walau pada akhirnya saya tidak ikut ke pura, namun nongkrong d jagung bakar di atas bukit dengan pemandangan pantai senggigi di bawahnya).
Balik ke surabaya dengan penerbangan pukul 13.00 WITA. Bandara kecil yang indah karena di depan kami terbentang pegunungan rinjani.
Kesan : selama di pulau ini, satu2nya hal yang bisa saya lakukan adalah memuji kebesaran Tuhan dan bersyukur karena telah diberikan hidup dan bisa menikmati pemandangan yang sangat Indah. Alhamdulillah…
nb : poto2nya menyusul yak :D
lombok part 1
pantai cantik lainnya. banyak bule surfing disini
catatan perjalanan bisa dilihat di http://sakurastan.multiply.com/journal/item/59/Trip_Pulau_Lombok_21_-_27_Oktober_2010
tenang... masih ada part 2 nya ^^
Tuesday, October 12, 2010
lost in semarang
Sudah sangat lama sejak terakhir saya jalan dengan teman kuliah saya ini,Ryza dan Aris. Walau kami berada di kota yang sama dan tempat tinggal kami sangatlah dekat, namun kami jarang sekali ketemu. Undangan pernikahan dari salah satu teman kuliah kami yang lain membuat kami tidak menyia-nyiakan kesempatan yang langka ini. Apalagi undangannya adalah di semarang yang nota bene adalah tempat kuliah kami dulu.
Diputuskanlah tanggal 9 oktober 2010 dengan menggunakan Argo anggrek dari pasar turi kami meluncur ke stasiun tawang, semarang. Cukup 4 jam perjalanan dan tanpa keringat sedikitpun karena ac kereta eksekutif ini sangat dingin. Sesampainya di stasiun tawang, kami menyusuri kota lama,melewati kampus kami di GKN I samping kantor pos besar di nol kilometernya semarang, menuju pasar johar. Sebelum mencari penginapan kami makan dulu di warteg langganan kami ketika kuliah (yang dulu di daerah petek pindah ke pasar johar). Sayang mba2 yang jadi penjaga warteg yang kami kenal sedang tidak ada ditempat. Rasanya sangat nostalgic melihat jalan yang setiap hari kami lewati menuju kampus, dan memakan makanan yang tiap hari kami konsumsi.
Dari hasil googling hari sebelumnya, kami mendapat beberapa rekomendasi tempat penginapan murah di sekitar simpang lima. Satu hal yang perlu dicatat ketika mencari penginapan-apalagi yang murah-adalah pastikan untuk booking dulu jauh2 hari. Atau paling tidak telepon untuk memastikan bahwa teleponnya berfungsi atau tempat yang dituju masih berdiri. Penginapan pertama adalah wisma kesehatan yang berada di samping telkom di simpang lima, sedang direnovasi. Dilihat dari bangunannya yang besar, sebenarnya sangat recommended. Penginapan kedua adalah wisma GKPRI yang di jalan ahmad Yani, yang ternyata berganti nama dengan hotel Ahmad Yani,sudah penuh. Satu lagi penginapan di wisma Mugas depan stadion trilomba juang yang ditelepon berpuluh2 kali tidak ada yang mengangkat. Setelah sedikit kehujanan dan putus asa mencari penginapan murah, akhirnya kami menginap di hotel telomoyo di jalan gajahmada,sedikit jauh dari simpanglima. Yang harusnya budget untuk menginap adalah 50-100 ribu membengkak jadi 265 ribu. Jadi pengen nyanyi lagunya Lenka – I want my money back..I want my money back… $_$
Sore hari kami wisata kuliner, pisang plenet di jalan pemuda, tepatnya sebelah Sri ratu pemuda. Nothing special, padahal dulu keliatannya enak sekali. Mungkin karena saya sudah banyak makan makanan yang lebih enak kali ya.hahahha… sedangkan malam hari setelah muter2 simpang lima, kami mendarat di tahu gimbal. Salah satu makanan khas semarang yang tidak bisa saya temukan di surabaya.
Pagi hari,niat mo jalan lagi di simpang lima,namun sepertinya pasar paginya udah tutup atau memang udah tidak ada lagi (?). kamipun meluncur ke lawang sewu. Beruntung kami datang pagi, karena ketika kami selesai touring keliling bangunan bersejarah ini, banyak sekali rombongan yang baru sampai.
Lawang Sewu
Ketika kami menapakkan kaki di depan lawang sewu, kami sempat ragu2 karena sang objek sedang di renovasi. Namun kami dipersilakan masuk dengan ramah oleh bapak2 di pos penjaga. Setelah membayar tiket seharga Rp. 10.000 per orang, kami dipandu oleh seorang pemuda asli semarang. Dari beliau kami mendapat keterangan yang cukup mengenai sejarah lawang sewu ini Lawangsewu dibangun tahun 1908, yang dikerjakan oleh arsitek Belanda Profesor Klinkkaner dan Quendaag. Tahun 1920, gedung ini mulai dipakai sebagai kantor pusat Nederlandsch Indische Spoor-weg Maatschapij (NIS), sebuah maskapai atau perusahaan kereta api pertama di Indonesia yang berdiri pada tahun 1864. (info dari http://www.forumkami.com/forum/cafe/11919-pic-sejarah-lawang-sewu.html) baru saya tahu kalo orang jawa menyebut kereta api dengan ‘sepur’ itu berasal dari bahasa belanda Spoor :P
Sampai di ruang bawah tanah, kamipun memutuskan untuk memasukinya. Ternyata tiketnya berbeda dengan tiket yang kami beli ketika pertama masuk, dan pemandunya pun berbeda. Cerita seram mulai muncul,bukan karena sering dipakai untuk uji nyali atau sejenisnya yang katanya banyak hantu muncul, namun lebih ke kekejaman penjajah. Pada jaman Belanda, ruang bawah tanah fungsinya cenderung seperti ac pada jaman sekarang: menetralisir suhu bangunan. Air yang dialirkan ke kotak2 kecil di ruang bawah tanah,kelembabannya terserap oleh pori2 bangunan sehingga bangunan lebih dingin. Sedangkan pada jaman Jepang, kotak2 kecil itu dijadikan sebagai penjara. Satu kotak ukuran sekitar 1 x 1 meter dengan ketinggian sekitar setengah meter,5-6 orang tahanan disuruh jongkok disitu dengan kepala menghadap keatas.sedangkan di atasnya ditutup dengan jeruji besi. Ada juga sel berdiri, dengan ukuran sempit diisi 5-6 orang sedangkan kaki mereka tidak bisa lurus dan penutup di atas kepala mereka ditaruh besi2 yang apabila mereka tidak sadar, kepala mereka akan tertusuk besi itu. Dan lebih kejamnya lagi, apabila dalam satu sel ada yang telah meninggal, mayatnya tidak langsung di singkirkan namun baru dibersihkan ketika dalam satu sel semua tawanan sudah meninggal.
Di ruang lain, ada 2 kolam yang katanya sebagai tempat penjagalan. Kepala tawanan dipotong dari badannya, dan badan tersebut dibuang ke sungai samping lawang sewu (Yang oleh penduduk sekitar diberi nama kali mayit),untuk menghilangkan jejak siapa saja yang telah dibunuh.sangat sadis!
Datang ke tempat bersejarah seperti ini, mendengar cerita tentang perjuangan para pahlawan, melihat dengan mata kepala sendiri ruang demi ruang, membayangkan betapa dahsyatnya pertempuran, membuat saya begitu mensyukuri telah dilahirkan di jaman kemerdekaan,dimana tidak perlu lagi angkat senjata dan berperang. Semoga para pahlawan yang telah gugur amalnya diterima di sisiNya.amiin
Kondangan
Tidak perlu dijelaskan. Yang penting datang-salaman-poto2-makan-pulang.hehehehehee
Subscribe to:
Posts (Atom)