Minggu 27 Desember 2009 : sepasang insan yang saling jatuh cinta, eh salah... dua orang anak manusia yang ditakdirkan bertemu di SMA 1 Klaten dan menjadi sahabat sampai sekarang memulai jelajah wisata di Kabupaten Boyolali. Sebuah kota kecil memang, tapi beruntungnya memiliki banyak potensi alam yang memikat, apalagi sejak jalur Solo-Selo-Borobudur diresmikan oleh Presiden Megawati kala itu, membuka mata dunia bahwa Boyolali ternyata bisa dibandingkan dengan keindahan kota Batu, Malang. (ini pendapat subjektif saya lho ya) :p
Ok ok...mungkin sungguh ‘kebangeten banget’ buat saya yang asli Boyolali dan notabene tinggal di lereng gunung merapi namun belum pernah menjelajahi jalur tersebut. Dan yang bikin tambah gemez adalah...jalur tersebut deket banget ama tempat tinggal keluarga saya. *malu saya sebagai orang yang suka jalan2 namun tidak tahu kotanya sendiri :( *
Dan beruntungnya saya ketika teman saya ini maen ke rumah. Saya manfaatkan sebagai tukang ojeg dan saya sebagai navigatornya ^^.
Sebenarnya kami hanya ingin mencoba maen Flying Fox yang ternyata jaraknya ga sampai 10km dari rumah.waks?? letaknya di Tikungan Irung Petruk, yang terkenal buat tempat pacaran uppss... gardu pandang karena memang pemandangan dari sana sangat indah. Bukit2 dan Kebun sayur. Ada juga sayuran yang namanya Adas yang hanya ada di dataran tinggi (kebanyakan orang yang saya tanya, tidak tahu menahu tentang sayuran ini. Padahal enak banget dan salah satu sayuran favorit saya). Oya.. Dinamakan Irung Petruk karena tikungannya yang tajam setajam hidungnya Petruk(salah satu punokawan dari pewayangan yang sangat mancung sekali). Tapi entah benar ato enggak karena saya lum tanya ama yang memberi nama :p
Flying fox sepanjang 350 meter yang baru dibuka 8 bulan lalu konon kabarnya adalah Flying fox terpanjang di Indonesia. Cukup dengan merogoh kocek Rp 20.000,00 per orang dan kami bisa merasakan sesaat menjadi Batman eh Bat-woman. Dan dari tempat kami mendarat, kami diantar kembali ke tempat semula sama petugas dari sana dengan naek motor (membayangkan seandainya tidak disediakan fasilitas itu, mungkin beberapa kilo lemak saya akan terbakar).
Sedikit ngobrol sama mas2 Flying fox, katanya ada air terjun Kedung Kayang yang cukup 8 km dari tempat kami berdiri (Irung Petruk), sedangkan menuju Ketep pass (Gardu pandang juga) butuh waktu 1,5 jam perjalanan. Sayangnya orang gunung itu tidak bisa mengira2 jarak dengan benar. :( yang katanya 8 km membengkak jadi belasan ato duapuluhan kilometer. (another) WAKS!!!??
Penasaran yang katanya cuman 8 km itu, kami sepakat menuju kesana. Setelah beberapa belas menit, ada persimpangan dan untungnya ada penunjuk arahnya, 4km kearah kiri adalah puncak merapi. Penasaran? Tentu saja. Belok stir ke kiri, menanjak...menanjak lagi...dan ketika hampir sampai motornya sudah tidak kuat lagi.hahaha...terpaksa saya turun dari singgasana. Disitu terdapat rangkaian logam membentuk huruf NEW SELO, ada 2 gardu buat ngeliat kearah gunung sebelah (yang saya pikir itu adalah tetangganya merapi: MERBABU). Sayang kabut mulai turun dan pemandangan gunung dengan petak2 kecil kebun sayur seindah itu tidak terlihat dengan jelas. Pengunjungnya kebanyakan sepasang pemuda-pemudi. Tidak begitu rame sih, lagian tempatnya tidak begitu luas. Tanya2 ama ibu2 penunggu warung disitu tentang arah ke air terjun, katanya masih 8 km dari tempat itu. Another 8 km?
Berhubung sudah masuk waktu dhuhur, dalam perjalanan kami mampir ke sebuah mushola dipinggir jalan. Uniknya adalah walaupun disitu ada tempat wudhunya namun tidak ada air yang mengalir. Di sebelah mushola, di depan rumah penduduk ada bak penampungan air dengan saluran air dari merbabu (kata ibu2 disitu). Dan uniknya lagi disitu ada mas2 ganteng yang sedang mandi.uppss... sepanjang saya melihat, tidak semua rumah punya bak penampungan seperti itu, buktinya sehabis mandi mas2 itu balik ke rumah lain, bukan ke rumah yang didepannya ada bak tersebut. Lagipula ada ibu2 yang (maaf) cuman pake bra dan celana selutut sedang mandi.DI PINGGIR JALAN PULAK! *bersyukurlah teman... bersyukurlah...*
Menuju air terjun kedung kayang butuh perjuangan ekstra. Walau pemandangan di kanan kiri indah, namun tikungan, tanjakan dan turunan yang curam membuat kami tertantang. Perjalanan berlanjut dan tanpa di sadari kami telah mendarat di Kabupaten Magelang. dari air terjun Kedung kayang, untuk menuju ke Borobudur dibutuhkan kurang lebih 31 km lagi. Sesampainya di tempat kami menaruh motor, sedikit jalan (300meter) kami menuju atas air terjun. Sayang airnya berwarna coklat susu membuat kami kurang tertarik maen air. Jalan menuju bawah air terjun sangat menantang. Walau ada tangga dari beton dan batu namun itu tidak sampai ke objek selebihnya adalah jalan setapak dari tanah. hampir sampai ke bawah air terjun tiba-tiba hujan turun. Setelah jepret2 sedikit, kami segera balik ke atas, takutnya ada banjir bandang ato longsor, lagipula jalan tanah yang kami lewati pasti sangat licin terkena air.
Agak lama kami berteduh di warung di dekat parkiran. Karena sepertinya hujan tidak akan berhenti dalam waktu dekat kami pun nekat pulang. Sepanjang jalan ketika melewati turunan, tanjakan dan jembatan, airnya meluap ke jalan. Bahkan membawa batu2 kecil dan lumpur. Apalagi petir dan guntur yang terasa lebih dekat dengan kepala kami membuat kami sangat berhati2. Alhamdulillah sampai di rumah setelah 2 jam perjalanan yang sangat berbahaya (lebay).
Menggigil – gemetar – jari2 tangan mati rasa. Benar2 perjalanan akhir tahun yang penuh kenangan. Thanks Lia, udah jadi tukang ojeg yang baik dan rela berhujan-hujanan ^^. Met Milad juga yak. Wish you all the best lah